Posting kali ini agak berbeda sob, biasa saya njiplak dari situs lain tetapi kali ini saya njiplak dari status facebook seorang teman yang sehobi dengan saya, yaitu “muncak” alias mendaki gunung.. Kebetulan beliau mengizinkan saya untuk memposting ulang tulisannya di blog ini. Hehe..syukran Abu Fahd sudah mengizinkan saya untuk repost :). Lalu tujuannya apa yah sampe dibuat ni tulisan? kata yang punyanya sih ini ditujukan kepada orang-orang yang tidak mengetahui manfaat dan faedah mendaki gunung, dan untuk orang-orang yang tidak suka khususnya kepada kami yang suka mendaki gunung. Hmm pikir saya, kok ada ya orang yang gak suka olahraga mengasyikkan kayak gini? ngedabrus tuh orang :D. Padahal mendaki gunung itu udah sehat, pahalanya banyak lagi :). Langsung aja sob, semoga bermanfaat! berikut adalah 40 amalan Sunnah yang biasa kami lakukan tatkala mendaki gunung:
- Shalat Istikharah.
- Meminta izin kepada orangtua.
- Melakukan perjalanan bersama 3 orang atau lebih.
- Memilih atau mengangkat pemimpin rombongan.
- Melakukan perjalanan pada malam hari.
- Melaksanakan shalat 2 rakaat sebelum pergi dan tatkala pulang (atau mau masuk rumah).
- Berpamitan ketika mau pergi kepada orang yang ditinggalkan.
- Membaca doa safar atau bepergian.
- Membaca doa naik kendaraan.
- Memperbanyak doa, krn doanya musafir adalah dikabulkan/mustajab.
- Membaca doa ketika singgah di suatu tempat.
- Membaca dzikir pagi petang.
- Berwudhu dengan air sedikit ( atau berwudhu dengan membasuh masing-masing 1 x atau 2 x).
- Berwudhu dalam cuaca yang sangat dingin atau memberatkan.
- Tayammum jika tidak ada air.
- Mengusap khuf atau sepatu ketika berwudhu.
- Menentukan arah kiblat untuk shalat.
- Berdoa ketika menjelang subuh.
- Bisa melihat dan menentukan fajar shadiq.
- Shalat dengan jama’ dan qashar.
- Shalat dengan berjama’ah.
- Shalat witir dalam keadaan safar.
- Mengucapkan takbir ketika mendaki.
- Mengucapkan Tasbih ketika turun.
- Berdzikir ketika melihat kebesaran Allah , karena di gunung kami banyak sekali melihat kebesaran Allah yang belum pernah kami lihat sebelumnya atau tidak kami lihat di tempat tinggal kami.
- Olahraga agar tubuh kuat dan sehat.
- Memperbanyak jalan kaki.
- Membuat kemah yang jauh dari jalanan.
- Membaca doa atau dzikir ketika hendak tidur dan setelah bangun tidur.
- Makan secara berjama’ah/bersama2.
- Tidak boleh mengeluh dan putus asa selama dalam perjalanan.
- Menjaga kebersihan selama perjalanan.
- Mengucapkan salam jika saling bertemu.
- Menyingkirkan rintangan di jalan sesuai dengan kemampuan.
- Saling memberi nasehat atau beramar ma’ruf nahi munkar selama perjalanan, seperti mengajak teman kita untuk shalat atau melarang merokok, dsb.
- Membawa hadiah atau oleh-oleh ketika pulang.
- Bersegera pulang jika urusan telah selesai.
- memberi kabar ketika hendak pulang kepada orang yang ditinggalkan.
- Menghindari pulang malam-malam ketika sampai rumah.
- Shalat dua rakaat di masjid ketika tiba dari safar.
Dari semua point-point diatas, masing-masing mempunyai dalil tersendiri yang sengaja tidak disebutkan disini karena keterbatasan tempat dan waktu. Perlu catatan tersendiri jika ingin mengetahui dalil-dalil semuanya. Mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan kepada ana untuk membuat catatan tersendiri tentang hal ini beserta dalil-dalinya secara lengkap, Insya Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’ Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Az-Zumar:9).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : “Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (Ar-Ra’d:19).
Point-point diatas hanya sebagian dari yang ana ingat saja, masih banyak sunnah-sunnah yang lain, seperti ketika turun hujan, ketika menghadapi musibah, dan sebagainya.
Hikmahnya adalah sesuai dengan hadits: Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالدُّلْجَةِ فَإِنَّ الأَرْضَ تُطْوَى بِاللَّيْلِ
“Hendaklah kalian melakukan perjalanan di malam hari, karena seolah-olah bumi itu terlipat ketika itu.”[HR. Abu Daud no. 2571, Al Hakim dalam Al Mustadrok 1/163, dan Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 5/256. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah no. 681.]
penyunting : Dimas Putra Ramadhan
- 26 Kesalahan Fatal Ketika Mendaki Gunung Menurut Syariat
- Antara Pendaki, Rokok dan Kopi
- Siwak; Sunnah Nabi dan Alternatif Pembersih Gigi Bagi Petualang
- Apa Yang Kau Cari, Hai Pendaki?
- Tips Mengikat Sepatu Hiking
- Mendaki Gunung Adalah Pekerjaan Jati Diri
- Memoriam di Ujung Langit
- Izinkan aku mencumbu kembali rimbamu
- Islam dan Go Green: Praktek Go Green Ala Rasulullah
- Sebaiknya Renungkan Kembali Mengapa Kita Harus Naik Gunung?
- Danau Zamrud, Si Hijau Nan Memukau dari Propinsi Riau
- Biasakan Keras Pada Diri Sendiri
- Pecinta Alam dan Paradigma Gerakan Lingkungan
- Siap-siap Gispala Buka Perekrutan Anggota Baru Lho ^_^
- 55 Adab Mendaki Gunung Menurut Syariat
- Dicari Agen Penjualan Alat-alat Mendaki Gunung dan Survival di Hutan
- Jual Alat-alat Survival Lengkap dan Murah
- Apakah Seperti Ini Pecinta Alam Indonesia abad 21?
- 40 Sunnah Yang Biasa Kami Lakukan Tatkala Mendaki Gunung
- Keheningan Adalah Nyanyian Yang Tiada Bertara: Antara Aku dan Merbabu
MasyaAllah……bagus sekali…banyak pendaki yang lupa ini^^ syukran ya atas tulisannya
By: muslihzarth on Juli 20, 2011
at 17:26
terima kasih jg sudah berkunjung mas 🙂
By: gispala on Juli 20, 2011
at 17:54
itu emang adab2 safar…, ane dulu waktu jamaah tablegh kayak gitu..dlm safar 40-4bln, pernah didaerah pegunungan juga.. tp sayangnya banyak bid’ahnya dlm jama’ah tablegh..sufi…
By: abu abdillah al-jawi on Juli 20, 2011
at 18:20
wah antum jd mengenang masa lalu gni mas.. hehe 😀
By: gispala on Juli 20, 2011
at 19:45
na’am, insyaallah dengan mengetahui hal-hal tersebut perjalanan yang kita lakukan saat mendaki gunung tidak sia-sia.
By: dian sahid abu shafiyyah on Juli 20, 2011
at 21:02
insyaAllah.. namun agar safar lbh tidak sia-sia, perhatikan pula siapa temannya. itulah hikmahnya safar bersama teman-teman yang berilmu dan shalih.
terima kasih sudah berkunjung pak dian 🙂
By: gispala on Juli 20, 2011
at 22:17
kalo sekeluarga mah enak, muhrim semua.. kalo campuran kumaha ya itu? meskinpun segala aktifitasnya di mulai dan di akhiri ama doa, tapi kumaha ya itu?
By: cindut on Oktober 18, 2011
at 16:19
syukron atas artikel ini…sungguh bermanfaat.Sehingga mendaki gunung tidakklah sekedar mendaki,insyaallah ada pahala dari sunnah2 yang kita kerjakan.Afwan ana mw nanya tentang no 1,14,dan 31.Tolog dijelaskan dan diberi dalilnya.Syukron
By: ummu nafisah on Oktober 31, 2011
at 10:03
trimakasi saudara
By: syaiku on April 2, 2012
at 11:23